Konstruksi ekokritik dalam lubang pandang seorang pelestari hutan Ranjuri, seharusnya tidak hanya fokus pada narasi saintis, tetapi akarnya dapat diperkuat secara filosofis bagaimana memahami hubungan manusia, alam, dan sastra. Namun, tidak akan tercipta ekosistem ekokritisme apabila tidak ada upaya penciptaan karya sastra secara intens dengan tema lingkungan sehingga sastra pun harus menjadi “Tanaman” dalam hutan Ranjuri yang berfungsi untuk menjalin hubungan kausal dalam memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, perjuangan atas Ranjuri, harus mengacu pada ranah paradigma sains dan filosofis khususnya pada tema sastra agar keseimbangan spectrum pelestarian dapat hidup secara berkelanjutan.

Lembaga Sanggar Seni Kololio bersama Ranah Juang Lestari dalam program Talusiswara Study Course (TSC) akan membuka ruang perspektif tersebut untuk memperkaya khasanah pembelajaran berbasis Individual dan komunal sehingga pisau kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual dapat terasa secara baik dalam ruang lintas ilmu serta generasi. Program TSC ini akan berlangsung secara sederhana pada waktu yang sudah ditentukan:

🗓 Jum’at, 7 Juni 2024

⏰ Pukul 19:30 Wita

📍 Sekretariat Patava (Desa Beka, Kec. Marawola, Sigi)

“Mari bergabung dan saling terhubung untuk berbagi ide tentang kelestarian lingkungan yang seimbang dalam bingkai hutan Ranjuri”.

#TalusiswaraStudyCourse

#SastraEkologi

#Kololio

#RanahJuangLestari