Pada pertemuan perdana Kelompok Belajar Talusiswara, Rahmad Gunawan memimpin dengan menyoroti Metode dan Analisis Perencanaan serta Pembangunan Kebudayaan. Dalam paparannya, Rahmad tidak hanya menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memajukan kebudayaan, tetapi juga membahas isu krusial terkait Indeks Pembangunan Kebudayaan Sulawesi Tengah yang berada di peringkat 30 dari 34 Provinsi pada tahun 2022. Informasi ini tidak hanya memberikan wawasan, tetapi juga memperkaya pemahaman dalam merencanakan langkah-langkah untuk meningkatkan peringkat provinsi sulawesi tengah.
Selain itu, Rahmad menegaskan pentingnya penguasaan metode dan analisis sebagai landasan utama dalam perencanaan kegiatan, baik dalam konteks karya individu maupun kelompok. Dengan memilih metode dan analisis yang tepat secara prediktif, langkah-langkah yang diambil dapat menjadi lebih terarah dan efektif.
Dalam pembagian informasi praktis, Rahmad juga membagikan beberapa contoh praktik terbaik yang telah dilakukan oleh Hysteria melalui Partisipatif Action Research (PAR), serta penerapan Cordinate Management Of Meaning (CMM) yang digunakan oleh Redy Eko Prastyo dalam pengembangan kampung Cempluk. Rahmad juga menyinggung Analisis SWOT, Design Thinking, dan model Pentahelix sebagai alat yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan dan memaksimalkan potensi.
Dalam interaksi sesi tanya jawab, Nursalim Saputra menyoroti pentingnya proses monitoring dan evaluasi dalam perencanaan serta metode analisis yang digunakan oleh penggiat seni atau komunitas. Dengan melibatkan proses ini, penggiat seni dapat memastikan konsistensi antara visi awal dan hasil yang ingin dicapai, serta meningkatkan kualitas karya yang dihasilkan. Dengan demikian, Talusiswara Study Courses tidak hanya menjadi titik awal pembelajaran, tetapi juga sumber inspirasi bagi penggiat kebudayaan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam merencanakan serta melaksanakan kegiatan kebudayaan yang berkualitas dan berdampak positif bagi masyarakat.